makalah infertilitas
Mata
kuliah : keperawatan Maternitas
Dosen
pembimbing: Ns.Sitti Rohani, S.kep,M.Kes
INFERTILITAS WANITA
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK II
PROGRAM
STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI
HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
KATA
PENGANTAR
Puji syukur
alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah swt, karena atas berkat dan
rahmatnyalah sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kami tepat pada waktunya.
Karena tanpa seizinnya maka kami tidak akan dapat menyelesaikan tugas kami
dengan tepat waktu, dan tidak lupa kami mengucapkan banyak terimah kasih atas
kerjasama teman-teman dalam pembuatan tugas ini, dan terlebih kepada Ibu
pembimbing.
Makalah kami ini membahas mengenai “infertilitas wanita” semoga makalah ini
dapat memberikan wawasan yang luas kepada pembaca walaupun makalah ini memiliki
kelebihan dan kekurangan, kami mohon kritik dan sarannya untuk penyusunan yang
lebih baik kedepannya.
Makassar 31 Oktober, 2013
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Apabila banyaknya pasangan infertil di
indonesia dapat diperhitungkan dari banyaknya wanita yang pernah kawin dan
tidak mempunyai anak yang masih hidup, maka menurut Sensus penduduk terdapat
12% baik didesa maupun dikota, atau kira-kira 3 juta pasangan infertil di
seluruh indonesia.
Ilmu kedokteran masa kini baru berhasil menolong 50%
pasangan infertil memperoleh anak yang diinginkannya. Itu berarti separuhnya
lagi terpaksa menempuh hidup tanpa anak, mengangkat anak (adopsi), poligini,
atau bercerai. Berkat kemajuan teknologi kedokteran, beberapa pasangan telah
dimungkinkan memperoleh anak dengan jalan inseminasi buatan donor, ‘’bayi
tabung’’, atau membesarkan janin di rahim wanita lain.
Di indonesia masih langka sekali dokter yang berminat
dalam ilmu Infertilitas. Kalaupun ada, masih terlampau sering dokter dan
perawatnya belum menghayati duka nestapa pasangan yang ingin anak itu. Masih
terlampau banyak pasangan yang terpaksa harus menahan perasaaanya karena tidak
merasa disapa, bahkan dilarang banyak bicara oleh dokternya. Mereka berobat
dari satu dokter ke dokter lain karena kurang bimbingan dan penyuluhan tentang
cara-cara pengelolaan pasangaan infertil.
Sesungguhnya keluarga berencana demi kesehatan tidak
pernah lengkap tanpa penagggulangan masalah infertilitas. Ditinjau dari sudut
kesehatan, keluarga berencana harus meliputi pencegahan dan pengobatan
infertilitas, apalagi kalau kejadiannya
sebelum pasangan memperoleh anak-anak yang diinginkannya. Lagipula
penaggulangan infertilitas berdampingan dengan pelayanan keluarga berencana
yang terakhir lebih mudah dapat diterima, karena program seperti itu jelas
memperhitungkan kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga.
B. TUJUAN
1. Mengetahui
apa pengertian dari Infetilitas
2. Mengetahui
apa faktor-faktor penyebab infertilitas
3. Mengetahui
bagaimana gejala dari infertilitas
4. Mengetahui
bagaiman pencegahan serta pengobatan infertilitas
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Infertilitas atau kemandulan merupakan
salah satu masalah kesehatan reproduksi yang sering berkembang menjadi masalah sosial
karena pihak istri selalu dianggap sebagai penyebabnya. Akibatnya wanita sering
terpojok dan mengalami kekerasan, terabaikan kesehatannya, serta diberi label
sebagai wanita mandul sebagai masalah hidupnya (Aprillia, 2010).
Fertilitas ialah kemampuan seorang
isteri untuk menjadi hamil dan melahirkan anak hidup oleh suami yang mampu
menghamilkannya. Jadi, fertilitas adalah fungsi satu pasangan yang sanggup
menjadikan kehamilan dan kelahiran anak hidup. (Sarwono Prawirohardjo, 2009)
Disebut infertilitas primer kalau istri
belum perna hamil walaupun bersenggama dan dihadapkan kepeda kemungkinan
kehamilan selama 12 bulan. Disebut infertilitas sekunder kalau istri perna
hamil, akan tetapi kemudian tidak terjadi kehamilan lagi walaupun bersenggama
dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan (Sarwono
Prawirohardjo, 2009)
B. RESIKO
PENYEBAB INFERTIL PADA WANITA
Gangguan yang paling sering
dialami perempuan mandul adalah gangguan ovulasi. Bila ovulasi
tidak terjadi maka tidak akan ada sel telur yang bisa dibuahi. Salah satu tanda wanita yang mengalami gangguan ovulasi adalah haid yang tidak
teratur dan haid yang tidak ada sama sekali.
Gangguan lain yang bisa
menyebabkan kemandulan pada wanita adalah :
1.
Masalah Tuba
Frekuensi faktor tuba dalam infertilitas sangat bergantung pada populasi yang diselidiki. Peranan
faktor tuba yang masuk akal adalah 25-50%. Dengan demikian, dapat dikatakan faktor tuba paling sering ditemukan dalam masalah
infertilitas. Oleh karena itu, penilaian potensi tuba dianggap sebagai salah satu pemeriksaan terpenting dalam pengelolaan infertilitas.
(Prawirohardjo, 2008)
2.
Masalah uterus
Spermatozoa dapat ditemukan dalam tuba Falopii manusia secepat 5 menit setelah inseminasi.
Dibandingkan dengan besar spermatozoa dan jarak yang harus ditempuhnya, kiranya tidak mungkin migrasi spermatozoa berlangsung hanya
gerakannya sendiri. Tidak disangkal, kontraksi vagina dan
uterus memegang peranan penting dalam transportasi spermatozoa
ini. Pada binatang kontraksi alat-alat itu terjadi karena pengaruh oksitosin yang dikeluarkan oleh hipotalamus sewaktu bersenggama.
Pada manusia, oksitosin tidak berpengaruh terhadap uterus yang
tidak hamil akan tetapi prostaglandin dalam air mani
dapat membuat uterus berkontraksi secara ritmik. Ternyata, prostaglandinlah yang memegang peranan
penting dalam transportasi spermatozoa ke dalam uterus dan melewati penyempitan pada batas uterus dengan tuba itu. Ternyata pula, uterus sangat sensitif terhadap prostaglandin pada akhir fase proliferasi dan permulaan fase sekresi. Dengan demikian, kurangnya prostaglandin dalam air mani dapat merupakan masalah infertilitas.
penting dalam transportasi spermatozoa ke dalam uterus dan melewati penyempitan pada batas uterus dengan tuba itu. Ternyata pula, uterus sangat sensitif terhadap prostaglandin pada akhir fase proliferasi dan permulaan fase sekresi. Dengan demikian, kurangnya prostaglandin dalam air mani dapat merupakan masalah infertilitas.
Masalah lain yang dapat mengganggu transportasi spermatozoa melalui uterus ialah distorsi
kavum uteri karena sinekia, mioma, atau polip; peradangan endometrium, dan gangguan kontraksi uterus. Kelainan-kelainan tersebut dapat
mengganggu dalam hal implantasi, pertumbuhan intrauterin, dan nutrisi serta oksigenisasi janin. (Prawirohardjo, 2008)
3.
Peningkatan usia
Prevalensi infertilitas meningkat secara dramatis bila terjadinya peningkatan usia. (US Congress, 1988)
Infertilitas dikatakan stabil bilamana sampai usia 36
tahun dan terjadi kemunduran secara perlahan hingga umur 40
tahun, diikuti dengan kemunduran yang cepat
setelah umur 42 tahun. (Trussell J,etc., 1986)
4.
Stress.
Stress pada wanita dapat mempengaruhi komunikasi hormonal di antara otak, hipofisis, dan
ovarium. Mempengaruhi juga maturisasi pematangan sel telur pada ovarium. Di saat kita sedang mengalami stress, terjadilah perubahan
suatu ncurokimia di dalam tubuh. Hal tersebut dapat mengubah maturasi dan pelepasan sel telur. Contohnya, di saat wanita dalam
keadaan stress, spasme dapat terjadi pada tuba falopi dan uterus, dimana hal itu dapat mempengaruhi pergerakan dan implantasi pada
sel telur yang sudah matang. (ICBS, 2000)
5.
Merokok
Merokok berhubungan erat dengan
infertilitas baik pada laki-laki maupun perempuan. Di dalam experimental hewan, nikotin danpolycyclic aromatic hydrocarbons
dapat mcmblok spermatogenesis dan mengurangi ukuran testis.
Pada wanita, tembakau mengubah lendir serviks dan sel epitelium
dan transpor garnet
6.
Penyakit menular seksual.
7.
Gangguan kesehatan yang menyebabkan terganggunya
keseimbangan hormon. (Prawirohardjo, 2008)
keseimbangan hormon. (Prawirohardjo, 2008)
C.
ETIALOGI YANG MEMPENGARUHI INFERTILITAS PADA PEREMPUAN
1.
Hormonal
Gangguan glandula pituitaria,
thyroidea, adrenalis atau ovarium yang menyebabkan :
a.
Kegagalan ovulasi.
b.
Kegagalan endometrium uterus untuk berproliferasi dan sekresi.
c.
Sekresi vagina dan ccrvix yang tidak menguntungkan bagi sperma.
d.
Kegagalan gerakan (motilitas) tuba falopii yang menghalangi spermatozoa mencapai uterus.
2.
Sumbatan
Tuba falopi yang tersumbat bertanggung jawab
untuk kira - kira sepertiga dari penyebab
infertilitas. Sumbatan tersebut dapat disebabkan
a.
Kelainan congenital
b.
Penyakit radang pelvis umum, misalnya apendisitis dan
per itonitis.
per itonitis.
c.
Infeksi traetus genitalis yang naik, misalnya gonore.
3.
Faktor Lokal
Keadaan — keadaan seperti:
a)
Fibroid uterus, yang menghambat implantasi ovum.
b)
Erosi cervix yang mempengaruhi pH sekresi sehingga merusak sperma.
c)
Kelainan kongenital vagina, cervix atau uterus yang menghalangi pertemuan sperma atau
ovum.
d)
Mioma Uteri. sampai bisa menghambat
terjadinya kehamilan belum jelas diketahui. Mungkin
disebabkan oleh tekanan pada tuba, distorsi, atau elongasi kavum
uteri, iritasi miometrium, atau torsi oleh mioma yang bertangkai (Prawirohardjo, 2008)
D. SYARAT
PEMERIKSAAN PASANGAN INFERTIL
Setiap pasangan infertil harus
diperlakukan sebagai suatu kesatuan. Itu berarti, kalau istri saja sedangkan
suaminya tidak mau di periksa, maka pasangan itu tidak diperiksa. Adapun
syarat-syarat pemeriksaan pasangan infertil adalah sebagai berikut:
1. Istri
yang berumur antara 20-30 tahun baru akan diperiksa setelah berusaha untuk
mendapatkan anak selama 12 bulan (1 tahun). Pemeriksaan dapat dilakukan lebih
dini apabila:
a. Pernah
mengalami keguguran berulang
b. Diketahui
mengidap kelainman endokrin
c. Pernnah
mengalami peradangan rongga panggul atau rongga perut
d. Pernah
mengalami bedah ginekologik
2. Istri
berumur antara 31-35 tahun dapat diperiksa pada kesempatan pertama pasangan itu
datang ke dokter
3. Istri
pasangan infertil yang berumur antara 36-40 tahun hanya dilakukan pemeriksaan
infertilitas kalau belum mempunyai anak dari perkawinan ini.
4. Pemeriksaan
infertilitas tidak dilakukan pada pasangan infertil yang salah satu anggota
pasangannya mengidap penyakit yag dapat membahayakan kesehatan istri atau
anaknya.
E. PEMERIKSAAN
MASALAH-MASALAH INFERTILITAS
1. Masalah
vagina
Kemampuan
menyampaikan air mani kedalam vagina sekitar serviks perlu untuk fertilitas.
Masalah agina yang dapat menghambat penyampaian ini ialah adanya sumbatan atau
peradangan. Sumbatan psikogen disebut vaginismus atau disparemia, sedangkan
sumbatan anatomik dapat karena bawaan atau perolehan. Vaginitis karena kandida
albikans atau trikomonas vaginalis hebat dapat merupakan masalah, bukan karena
antispermisidalnya, melainkan antisanggamanya.
2. Masalah
serviks
Serviks
biasanya mengarah kebawah belakang, sehingga berhadapan langsung dengan dinding
belakang vagina. Kedudukannya yang demikian itu memungkinkannya tergenang dalam
air mani yang disampaikan pada fornis posterior.
Infertilitas
yang berhubungan dengan faktor serviks
dapat disebabkan dengan sumbatan kanalis servikalis, lendir serviks yanfg
abnormal, malposisi dari serviks, atau kombinasinyya. Terdapat berbagai
kelainan anatomi serviks yamng dapat berperan dalam infertilitas, yaitu cacat
bawaan (Atresia, polip serviks, stenosis akibat trauma, peradangan (servisitis
menahun), sinekia (biasanya bersamaan dengan sinekia intrauteri) setelah
konisasi, dan inseminasi yang tidak adekuat
3. Masalah
uterus
Spermatozoa
dapat ditemukan dalam tuba falopi manusia secepat 5 menit setelah inseminasi.
Dibandingkan dengan besar spermatozoa dan jarak yang harus ditempuhnya, kiranya
tidak mungkin migrasi spermatozoa berlangsung hanya karena gerakannya sendiri.
Tidak disangkal kontraksi vagina
memegang peranan penting dalam transportasi sppermatozoa ini. Pada
manusia, oksitosin tidak berpengaruh terhadap uterus yang tidak hamil akan
tetapi prostaglandin dalam air mani
dapat membuat uterus berkontraksi secara ritmik. Ternyata,
prostaglandinlah yang memegang peranan penting dalam transportasi spermatozoa
kedalam uterus dan melewati penyempitan pada batas uterus dengan tuba itu.
Ternyata pula, uterus sangat sensitif
terhadap prostaglandin pada akhir fase proliferasi dan permulaan fase sekresi.
Dengan demikian, kurangnya prostaglandin dalm air mani dapat merupakan masalah
infertilitas.
4. Masalah
tuba
Frekuensi
faktore tuba dalam infertilitas sangat berganutng pada populasi yang diselidiki. Peranan faktor tuba
yang masuk akal ialah 25-50 %. Dengan demikian, dapat dikatakan faktor tuba
paling sering ditemukan dalam masalh infertilitas. Oleh karena itulah,
penilaian potensi tuba dianggap salah satu pemeriksaan terpenting dalam
pengelolaan infertilitas.
5. Masalah
ovarium
Deterksi
ovulasi merupakan bagian integral pemeriksaan infertilitas karena kehamilan
tidak mungkin terjadi tanpa ovulasi.
Ovulasi yang jarang terjadi pun dapat menyebabkan infertilitas. Deteksi
Tepat ovulasi kini tidak seberapa penting lagi setelah diketahui
spermatozoa dapat hidup dalam lendir
serviks sampai 8 hari. Daeteksi tepat ovulasi baru diperlukan kalau akan
dilakukan inseminasi buatan, menentukan saat senggama yang jarang yang
dilakukan, atau kalau siklus haidnya
sangat panjang. Bagi pasangan-p[asangan invertil yang bersenggama teratur,
cukup dianjurkan senggama 2 hari sekali pada minggu dimana ovulasi diharapkan
akan terjadi. Dengan demikian, nasehat senggama yang terlampau ketat tidak
diperlukan lagi. Selain kehamilan atau ditemukannya ova pada pembilasa tuba,
pemeriksaan ovulasi manap[un masi dapat mengalami kesalahan. Pengamatan korpuys
luteum secara langsung merupakan pemeriksaan yang dapat dipercaya, akan tetapi
pemeriksaannya dengan jalan laparoskopi itu tidak mungkin dilakukan secara
rutin. Walaupun demikian, terdapat berapa cara pemeriksaan dimana seorang
klinikus dapat mendeteksi ovulasi atau mendiagnosis anovulasi dengan ketepatan
yang layak. Siklus haid yang teratur ddan lama haid yang sama biasanya
merupakan siklus haid yang berovulasi. Menurut ogino, haid berikutnya akan
terjadi 14 + 2 hari setelah ovulasi. Siklus haid yang tidak teratur,
dengan lama haid yang tidak sama, sangat mungkin disebabkan oleh anovulasi.
Amenore hamper selalu disertai kegagalan ovulasi.
Ovulasi
kadang-kadang ditandai oleh nyeri perut bawah kiri atau kanan, pada kira-kira
siklus haid ini dianggap sebagai ovulasi, yang telah dibuktuikan kebenarannya
oleh warton dan henrikson dengan jalan laparatomi.
Saaat-saat
ovulasi kadang-kadang disertai keputihan, akibat pengeluaran lender sevrviks
yang berlebihan, dan kadang-kadang diseratai pula dengan pendarahan sedikit.
Ketegangan jiwa, atau nyeri payudara pra haid sering kali terjadi pada siklus
haid yang berovulasi.
6. Masalah
peritoneum
Laparoskopi
diagnostic telah menjadi bagian integral terakhir pengelolaan invertilitas
untuk memeriksa masalah peritoneum. Pada umumnya untuk mendiagnosis kelainan
yang samar, khususnya pada istri pasangan invertil yang berumur 30 tahuin
lebih, atau yang telah mengalami invertilitas selama 3 tahun lebih. Espesito
menganjurkan agar laparoskopi diagnostic dilakukan 6-8 bulan setelah
pemeriksaan invertilitas dasar selesai dilakukan. Lebih terperinci lagi,
menurut albano, indikasi untuk melakukan laparoskopi diagnostic adalah:
a. Apabila
selama 1 tahun pengobatan belum juga terjadi kehamilan
b. Kalau
siklus haid tidak teratur, atau suhu basal badan monofasik
c. Apabila
istri pasangan infertile berumur 28 tahun lebih, atau mengalami invertilitas
selama 3 tahun lebih
d. Kalau
terdapat riwayat laparatomi
e. Kalau
perna dilakukan histerosalpingografi dengan media kontras larut minyak
f. Kalau
terdapat riwayat apendisitis
g. Kalau
pertuasai berkali-kali abnormal
h. Kalau
disangka endometriosis dan
i.
Kalau akan dilakukan
inseminasi buatan
F. PEMERIKSAAN
INFERTILITAS
Pemeriksaan
infertilitas dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya :
1. Histeroskopi
Histeroskopi adalah peneropongan
kavum uteri yang sebelumnya telah digelembungkan
dengan media dekstran 32%, glukosa 5%, garam fisiologik, atau gas CO2. Dalam infertilitas, pemeriksaan
histeroskopi dilakukan apabila terdapat:
a. Kelainan pada pemeriksaan histerosalpingografi.
b. Riwayat abortus habitualis.
c. Adanya mioma atau polip
submukosa.
d. Perdarahan abnormal dari uterus.
e. Sebelum dilakukan bedah plastik
tuba, untuk menempatkan kateter sebagai splint pada
bagian proksirnal tuba.
2. Sitologi Vaginal Hormonal
Sitologi vagina hormonal
menyelidiki sel — sel yang terlepas dari selaput lendir vagina, sebagai pengaruh hormon — hormon ovarium (estrogen dan progesteron).
Pemeriksaan ini sangat sederhana, mudah dan tidak menimbulkan nyeri, sehingga dapat dilakukan secara berkala pada seluruh siklus haid. Tujuan pemeriksaan sitologi
vagina hormonal ialah :
a. Memeriksa pengaruh estrogen
dengan mengenal perubahan sitologik yang khas pada fase
proliferasi.
b. Memeriksa adanya ovulasi dengan
mengenal gambaran sistologik pada fase luteal lanjut.
c. Menentukan saat ovulasi dengan
mengenal gambaran sitologik ovulasi yang khas.
d. Memeriksa kelainan fungsi ovarium
pada siklus haid yang tidak berovulasi. (Prawirohardjo, 2008)
3. Laparoskopi
Pemeriksaan bagian dalam abdomen
dengan menggunakan sebuah laparoskopi, dengan cara
dimasukkan ke rongga peritoneum. Dapat juga melihat ke rongga pelvik. (Dorland, 2002)
4. Hysterosonography
Hysterosonography, yang juga
disebut sonohysterography, adalah teknik noninvasif baru
yang melibatkan infus lambat dari larutan garam steril ke dalam rahim wanita selama pencitraan USG.
Hysterosonography memungkinkan
dokter untuk mengevaluasi pertumbuhan abnormal di dalam
rahim; kelainan jaringan yang melapisi rahim (endometrium),
atau gangguan yang mempengaruhi lapisan jaringan yang lebih
dalam. Hysterosonography tidak memerlukan bahan radiasi atau
media kontras, atau prosedur bedah invasif (Cullinan, 1995)
G.
DAMPAK INFERTILITAS
Kondisi
Infertilitas adalah masalah rumit yang dapat memicu berbagai masalah mental. Infertilitas atau
ketidaksuburan dapat menjadi masalah emosional yang tidak terselesaikan (Radar Sulteng, 2003). Belum lagi
apabila pasangan memuluskan menjalani
berbagai terapi atau program pengobatan. Harapan yang tinggi untuk mempunyai anak ditambah lagi dengan disiplin yang tinggi terhadap program
pemeriksaan dan pengobatan.
Memang
reaksi menghadapi Suatu masalah sangat
tergantung pada pribadi masing-masing orang. Mungkin ada orang yang mengalami masalah yang sama, tetapi dapat menghadapi dengan rileks.
Sebaliknya, ada yang memberikan reaksi yang negatif sehingga menyebabkan stress.
Stress yang dialami secara berkelanjutan akan menimbulkan depresi (Kasdu, 2002).
Gejala
depresi ini berupa perasaan sedih dan tertekan, mudah marah jika melihat orang lain gembira atau
tidak suka mendengarkan musik. Penderita tidak mampu mengerjakan pekerjaan sederhana, terganggu
selera makannya, sukar tidur, kadang kala tiba-tiba
menangis tanpa diketahui sebabnya. Ada juga yang menjadi suka makan untuk
mendapatkan perasaan tenang. Pada keadaan ini mereka sering kali mengasihi diri sendiri, mereka
menghendaki orang lain yang menyesuaikan dengan dirinya.
Depresi yang berat atau kronis akan membuat orang tersebut sering merasa gelisah selama berminggu-minggu, bahkan bisa sampai berbulan-bulan. Dalam
keadaan ini orang tersebut tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasanya. Depresi
seperti ini akan melumpuhkan penderitanya sehingga tidak dapat bangkit dari
tempat tidur, tidak bisa keluar
rumah dan perasaan tidak berdaya (Kasdu, 2002).
rumah dan perasaan tidak berdaya (Kasdu, 2002).
Selain
hal tersebut dampak psikologis yang dialami menyangkut kondisi internal, hubungan interpersonal
dan seksual suami-istri. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Zamralita, dkk (2004)
mengungkapkan bahwa infertilitas yang dialami oleh seorang isteri akan menimbulkan dampak psikologis yang cukup berat. Dampak psikologis
yang dialami yaitu munculnya perasaan frustasi, depresi, isolasi, marah dan rasa bersalah perasaan
tidak sempurna dan kurang berarti. Selain itu, infertilitas
berdampak buruk terhadap hubungan suami isteri. Mereka menjadi jauh satu sama lainnya, hubungan
menjadi kurang harmonis dan kehidupan seks antara suami tidak
lagi hangat dan mesra. Dampak dari kondisi
infertilitas juga dialami oleh suami berupa perasaan sedih, tidak berguna, rendah diri dan merasa bersalah pada pasangannya (Wirawan dan Setiadi, 2003).
infertilitas juga dialami oleh suami berupa perasaan sedih, tidak berguna, rendah diri dan merasa bersalah pada pasangannya (Wirawan dan Setiadi, 2003).
H.
PENANGANAN DAN PENGOBATAN
Penanganan
pasangan infertilitas sangat beragam, tergantung sumber gangguannya. Untuk itu penting
untuk mengetahui penyebabnya, yang dilakukan dengan berbagai pemeriksaan. Dari hasil
pemeriksaan lalu diupayakan penanganan sesuai dengan jenis
gangguan. Penanganan dapat berupa pemberian obat-obatan untuk mengatasi
gangguan kesuburan dengan cara memicu pertumbuhan sel telur, mengatasi endometriosis, pengobatan hormon pria
untuk meningkatkan kualitas dan
kuantitas sperma. Sekarang juga dikenal adanya teknologi reproduksi yang dibantu seperti Inseminasi
Intra Uterine (IIU), G1FT (Garnet Intra Fallopian Tube),
ZIFT (Zygote Intra Fallopian Transfer), Fertilisasi ln Vitro (FIV) dan lain
sebagainya (Kasdu, 2002)