persalinan forcep
PERSALINAN
FORCEPS
DISUSUN
OLEH
KELOPOK
II
SEKOLAH
TINGGI ILU KESEHATAN
NANI
HASANUDDIN
AKASSAR
2013
KATA
PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Allah SWT, pemilik alam semesta. Atas limpahan berkah yang senantiasa
ia hamparkan untuk umatnya. Tak lupa salam
serta salawat kita hanturkan kepada nabi akhir zaman Muhammad SAW.
Tujuan penulisan
makalah kami yang berjudul Persalinan forcep yaitu untuk memenuhi
tugas kelompok untuk mata kuliah Keperawatan Maternitas.
Di dalam makalah
ini, kami akan menguraikan tentang Persalinan forcep yang banyak kita temukan
dirumah sakit.
Ucapan terima
kasih kami hanturkan kepada dosen pembimbing mata kuliah keperawatan Maternitas
, serta semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Pepatah tua mengatakan
tak ada gading yang tak retak. Sama seperti makalah ini yang mungkin masih jauh
dari kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran kami nanti dari teman-teman pembaca.
Semoga makalah sederhana yang kami sajikan, dapat memberi ilmu dan manfaat bagi
kita semua.
Makassar
7 Oktober 2013
Penulis
DAFTAR
ISI
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Forceps mempunyai berbagai macam ukuran dan bentuk, tetapi
pada dasarnya terdiri dari 2 tangkai forceps yang saling menyilang dan bisa
dimasukkan sati persatu kedalam vagina. Tiap tangkai forceps dapat diputar
dalam posisi yang sesuai dengan kepala bayi dan kemudian dikunci. Pada dasarnya
tiap tangkai forceps mempunyai 4 komponen. Komponen tersebut adalah daun,
leher, kunci, dan gagang. Tiapdaun mempunyai dua lengkungan, yakni lengkung
sefalik (lengkung kepala) dan lengkung pelvik (lengkung panggul). Lengkung
kepala sesuai dengan bentuk kepala bayi, sedangkan lengkung panggul sesuai
dengan bentuk kepala bayi, sedangkan lengkung panggul sesuai dengan jalan
lahir. Daun forceps berbentuk oval sampai bulat panjang dan ada beberapa
variasi lain yang lebih fleksibel agar dapat memegang kepala bayi dengan lebih
kuat.
Lengkung kepala harus cukup besar untuk memegang kepala bayi
dengan kuat tanpa menimbulkan kompresi, namun tidak terlalu besar agar alat
tersebut tidak meleset. Lengkung panggul kurang lebih sesuai dengan sumbu jalan
lahir, tetapi diantara berbagai alat forceps harus terdapat variasi yang luas.
Daun forceps dihubungkan dengan bagian gagang melalui leher dengan panjang yang
mengikuti kebutuhan alat tersebut.
Macam persendian atau kunci forceps bervariasi menurut macam
alat. Cara penguncian yang umum terdiri dari sebuah ceruk yang terletak dileher
forceps pada sambungannya dengan bagian gagang, dan ceruk ini pas dengan ceruk
serupa yang terletak pada leher tangkai forceps lainnya. Bentuk penguncian
semacam ini umumnya disebut kunci inggris. Kunci geser digunakan pada beberapa
jenis forceps, misalnya forceps Kielland dan forceps Barton, dimana sebuah
penampung bentuk U tunggal terpasang ditengah pada leher tangkai forceps kiri
untuk menerima leher tangkai forceps kanan. Kunci geser memudahkan leher untuk
bergerak maju mundur secara bebas. Bagian-bagian kunci forceps dengan tife yang
cukup berbeda, yaitu kunci Perancis, terdiri dari sebuah mata mur baut. Setelah
tiap tangkai mata baut dan mata baut dikencangkan untuk mengunci secara kuat
kedua tangkai forceps tersebut menjadi satu.
B.
Tujuan
Adapun
tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
Untuk mengetahui pengertian ekstrasi focep
Untuk mengetahui etiologi ekstrasi focep
Untuk mengetahui klasifikasi ekstraksi forcep
Untuk mengetahui tujuan persalinan ekstraksi
forcep
Untuk mengetahui indikasi dilakukan ekstrasi
forcep
Untuk mengetahui kontra indikasi dilakukan
ekstrasi forcep
Untuk mengetahui syarat-syarat dilakukannya
tindakan ekstrasi forcep
Untuk mengetahui jenis tindakan ekstraksi
forcep
Untuk mengetahui teknik ekstraksi forcep
Untuk mengetahui komplikasi ekstraksi forcep
Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian ekstraksi
forcep
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
Forceps digunakan untuk menolong persalinan bayi dengan
presentasi verteks, dapat digolongkan sebagai berikut, menurut tingkatan dan
posisi kepala bayi pada jalan lahir pada saat daun forceps dipasang.
Ekstraksi forceps adalah suatu persalinan buatan dimana
janin dilahirkan dengan suatu tarikan cunam yang dipasang pada kepalanya.
(Hanifa W,1991: 88)
Cunam
atau forceps adalah suatu alat obstetrik terbuat dari logam yang digunakan
untuk melahirkan anak dengan tarikan kepala. (Phantom,:178)
Ekstraksi cunam adalah tindakan obstetrik yang bertujuan
untuk mempercepat kala pengeluaran dengan jalan menarik bagian bawah janin
(kepala) dengan alat cunam. ( Bari Abdul, 2001: 501)
B. ETIOLOGI EKSTRASI FORCEP
C.
KLASIFIKASI
EKSTRASI FORCEP
Pada tahun
1988, ACOG mengeluarkan klasifikasi ekstraksi forsep, yaitu :
1. Outlet
Forsep
a.
Skalp terlihat pada
introitus tanpa memisahkan labia
b.
Kepala bayi telah
mencapai dasar panggul
c.
Sutura sagitalis pada
posisi anteroposterior atau ubun-ubun kecil kiri/kanan depan atau belakang
d.
Kepala bayi pada perineum
e.
Rotasi tidak melebihi 45
derajat
2. Low Forsep
a.
Kepala pada station > +2, namun tidak pada dasar
panggul
b.
Rotasi kurang dari 45
derajat (ubun-ubun kecil kiri/kanan depan atau kiri/kanan belakang atau
belakang)
c.
Rotasi lebih dari 45
derajat
3. Midforsep
a.
Station diatas +2 namun
kepala engaged
4. High
a.
Tidak dimasukkan kedalam
klasifikasi
D.
TUJUAN PERSALINAN EKSTRAKSI FORCEP
Menurut
Rustam Mochtar 1998, persalinan dengan ekstraksi forceps bertujuan:
1. Traksi yaitu menarik anak yang tidak dapat lahir spontan
2. Koreksi yaitu merubah letak kepala dimana ubun-ubun kecil
dikiri atau dikanan depan atau sekali-kali. Ubun-ubun melintang
kiri dan kanan atau ubun-ubun kiri atau kanan belakang menjadi ubun- ubun depan
( dibawah symphisis pubis)
3. Kompresor yaitu untuk menambah moulage kepala
E.
INDIKASI
Indikasi
pertolongan ekstraksi forceps adalah
1.
Indikasi ibu
a.
Ruptura uteri mengancam, artinya lingkaran
retraksi patologik band sudah setinggi 3 jari dibawah pusat, sedang kepala
sudah turun sampai H III- H IV.
b.
Adanya oedema pada vagina atau vulva. Adanya
oedema pada jalan lahir artinya partus sudah berlangsung lama.
c.
Adanya tanda-tanda infeksi, seperti suhu
badan meninggi, lochia berbau.
d.
Eklamsi yang mengancam
e.
Indikasi pinard, yaitu kepala sudah di H
IV, pembukaan cervix lengkap, ketuban sudah pecah atau 2jam
mengedan janin belum lahir juga
f.
Pada ibu-ibu yang tidak boleh mengedan lama,
misal Ibu dengan
decompensasi kordis , ibu dengan Koch pulmonum berat, ibu dengan anemi berat (Hb 6 gr % atau kurang), pre eklamsi berat, ibu dengan asma broncial.
decompensasi kordis , ibu dengan Koch pulmonum berat, ibu dengan anemi berat (Hb 6 gr % atau kurang), pre eklamsi berat, ibu dengan asma broncial.
g.
Partus tidak maju-maju
h. Ibu-ibu
yang sudah kehabisan tenaga.
2.
Indikasi janin Gawat janin
Tanda-tanda
gawat janin antara lain :
a.
Cortonen menjadi cepat takhikardi 160 kali
per menit dan tidak teratur
b.
DJJ menjadi lambat
bradhikardi 160 kali per menit dan
tidak teratur
tidak teratur
c.
Adanya mekonium (pada janin letak kepala)
Prolapsus funikulli, walaupun keadaan anak masih baik.
F . KONTRA INDIKASI
Kontra
indikasi dari ekstraksi forceps meliputi:
1. Janin sudah lama mati sehingga sudah tidak bulat dan keras
lagisehingga kepala sulit dipegang oleh forceps
2. Anencephalus
3. Adanya disproporsi cepalo pelvik.
4. Kepala masih tinggi
5. Pembukaan belum lengkap
6. Pasien bekas operasi vesiko vagina fistel.
7. Jika lingkaran kontraksi patologi bandl sudah setinggi pusat
atau lebih
G.
SYARAT DILAKUKAN EKSTRAKSI FORCEP
Keputusan untuk melakukan ekstaksi forsep sama pentingnya
dibandingkan dengan keputusan untuk seksio sesarea. Terdapat
persyaratan minimum untuk ekstraksi forsep, yaitu:
1.
Kepala janin engaged
2.
Selaput ketuban telah
pecah
3.
Pembukaan lengkap
4.
Anak hidup termasuk keadaan gawat janin
5.
Penurunan H III atau H III- H IV ( puskesmas
H IV atau dasar panggul)
6.
Kontraksi baik
7.
Ibu tidak gelisah atau kooperatif
8.
Posisi janin diketahui
dengan pasti
9.
Panggul telah dinilai
adekuat
10. Terdapat
anestesi yang sesuai
11. Operator
mempunyai ketrampilan dan pengetahuan mengenai peralatan
12. Adanya
kemauan untuk membatalkan tindakan bila ekstraksi forsep tidak lancar
13. Informed
consent baik oral meskipun lebih baik tertulis
H. JENIS
TINDAKAN
Berdasarkan
pada jauhnya turun kepala, dapat dibedakan beberapa macam tindakan
ekstraksi forceps, antara lain:
1. Forceps rendah
Dilakukan
setelah kepala bayi mencapai H IV, kepala bayi mendorong perineum, forceps
dilakukan dengan ringan disebut outlet forceps.
2. Forceps tengah
Pada
kedudukan kepala antara H II atau H III, salah satu bentuk forceps tengah adalah forceps percobaan untuk membuktikan disproporsi
panggul dan kepala. Bila aplikasi dan tarikan forceps
berat membuktikan terdapat disproporsi kepala
panggul . Forceps percobaan dapat diganti dengan ekstraksi vaccum.
3. Forceps tinggi
Dilakukan
pada kedudukan kepala diantara H I atau H II, forceps tinggi sudah diganti dengan seksio cesaria.
I. TEKNIK
EKSTRAKSI FORCEP
Pasien diposisikan dalam posisi litotomi dengan tungkai
fleksi dan abduksi. Vulva dan perineum diberikan solusi antiseptik yang cukup.
Kandung kemih dinilai, bila perlu dikosongkan. Pemeriksaan dalam dilakukan
lagi, untuk meyakinkan bahwa semua syarat forsep telah terpenuhi.
Tujuan aplikasi forsep adalah untuk mencakup kepala
secara simetris. Bilah forsep harus terpasang secara simetris pada sisi kepala
bayi dan melewati malar eminensia. Setelah forsep terpasang, harus dilakukan
pemeriksaan ulang apakah aplikasi telah tepat sebelum dilakukan traksi atau
rotasi.
Penilaian
untuk aplikasi forsep yang tepat adalah :
1. Sutura
sagitalis tegak lurus dengan plana forsep
2. Ubun-ubun
kecil berada satu jari diatas dari plana forsep, dan mempunyai jarak yang
sama dari kedua sisi bilah
3. Jika bilah
yang dipakai merupakan yang fenstrated, fensetrasi hanya satu jari didepan dari
kepala bayi
J. KOMPLIKASI
Komplikasi
atau penyulit ekstraksi forceps adalah sebagai berikut
1. Komplikasi langsung akibat aplikasi forceps dibagi menjadi
a. Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu dapat berupa:
1) Perdarahan
Dapat
disebabkan karena atonia uteri, retensio plasenta serta trauma jalan lahir yang meliputi ruptura uteri, ruptura cervix,
robekan forniks, kolpoforeksis, robekan vagina, hematoma luas, robekan perineum.
robekan forniks, kolpoforeksis, robekan vagina, hematoma luas, robekan perineum.
2) Infeksi
Terjadi
karena sudah terdapat sebelumnya, aplikasi alat
menimbulkan infeksi, plasenta rest atau membran bersifat asing yang dapat memudahkan infeksi dan menyebabkan sub involusi uteri serta saat melakukan pemeriksaan dalam.
menimbulkan infeksi, plasenta rest atau membran bersifat asing yang dapat memudahkan infeksi dan menyebabkan sub involusi uteri serta saat melakukan pemeriksaan dalam.
b. Komplikasi segera pada bayi
1) Asfiksia
Karena
terlalu lama di dasar panggul sehingga terjadi rangsangan pernafasan menyebabkan aspirasi lendir dan air ketuban. Dan
jepitan langsung forceps yang menimbulkan perdarahan intra kranial, edema intra
kranial, kerusakan pusat vital di medula oblongata atau trauma langsung
jaringan otak. Infeksi oleh karena infeksi pada ibu menjalar ke
bayi
3) Trauma
Trauma
langsung forceps yaitu fraktura tulang kepala dislokasi sutura tulang kepala;
kerusakan pusat vital di medula oblongata; trauma langsung pada mata, telinga
dan hidung; trauma langsung pada persendian tulang leher; gangguan fleksus
brachialis atau paralisis Erb, kerusakan saraf trigeminus dan fasialis serta
hematoma pada daerah tertekan.
2. Komplikasi kemudian atau terlambat
a. Komplikasi langsung akibat aplikasi forceps
1) Perdarahan yang disebabkan oleh plasenta rest, atonia uteri
sekunder serta jahitan robekan jalan lahir yang terlepas.
2) Infeksi
Penyebaran
infeksi makin luas
3) Trauma jalan lahir yaitu terjadinya fistula vesiko vaginal,
terjadinya fistula rekto vaginal dan terjadinya fistula utero vaginal.
terjadinya fistula rekto vaginal dan terjadinya fistula utero vaginal.
b. Komplikasi terlambat pada bayi dalam bentuk:
1) Trauma
ekstraksi
forceps dapat menyebabkan cacat karena aplikasi forceps.
2) Infeksi yang berkembang menjadi sepsis yang dapat menyebabkan
kematian serta encefalitis sampai meningitis.
3) Gangguan susunan saraf pusat
4) Trauma langsung pada saraf pusat dapat menimbulkan
gangguan intelektual.
gangguan intelektual.
5) Gangguan pendengaran dan keseimbangan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ektraksi
porceps adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala
pengeluaran dengan jalan menarik bagian terbawah janin (kepala) dengan alat
porceps. Tindakan ini dilakukan karena ibu tidak dapat mengedan efektif untuk
melahirkan janin. Walaupun sebagian besar proses pengeluaran dihasilkan dari
ekstraksi porceps tetapi bukan berarti kekuatan menjadi tumpuan keberhasilan.
Adapun
tujuan persalinan dengan ekstraksi forceps adalah:
1. Traksi yaitu menarik anak yang tidak dapat lahir spontan
2. Koreksi yaitu merubah letak kepala dimana ubun-ubun kecil
dikiri atau dikanan depan atau sekali-kali. Ubun-ubun melintang kiri
dan kanan atau ubun-ubun kiri atau kanan belakang menjadi ubun- ubun depan (
dibawah symphisis pubis)
3. Kompresor yaitu untuk menambah moulage kepala
DAFTAR PUSTAKA
Long C
Barbara, 1996, PerawatanMedika Bedah, YIA PendidikanKeperawatan Pajajaran Bandung, Bandung
Sastrawinata
Sullaiman, 1983, ObstetriFisiologi, Offset, Bandung
Sastra,
Sulaiman, 1983, ObstetriPatologi, Elemen Banddung
Johnson
Marion. Maas Maridean. Noorhead Sue. 1997. Nursing OutcomesClassification (NOC). United States of America. EGC.
Mc Closkey
Joanne C. Bulecheck Gloria M. 1997. Nursing Intervention Classification (NIC). United States of America. EGC.
Santosa
Budi. 2005. Diagnosa Keperawatan Nanda 2005
– 2006. Jakarta: Prima Medika.